Minggu, 21 April 2013

Tentang Supersin, Yang Betul Anti Silau Atau Anti Pantul?

Tentang Supersin, Yang Betul Anti Silau Atau Anti Pantul?

Sebagian besar orang, terutama pemakai maupun praktisi kacamata pasti sudah familiar dengan istilah supersin ini. Ya, istilah itu sering sekali dikaitkan dengan permintaan lensa kacamata. Demikian juga halnya dengan istilah anti silau. Meski begitu, banyak yang tidak sadar bahwa kedua istilah itu sudah membangkitkan salah kaprah yang cukup kronis di kalangan konsumen lensa kacamata maupun praktisi kacamata (amatir). Kasusnya mirip dengan kebanyakan orang awam (jaman dahulu) yang menyebut honda terhadap semua sepeda motor (kecuali skuter). Salah kaprah tentang honda dan sepeda motor sekarang sudah jarang sekali terdengar di kalangan generasi masa kini. Namun tidak demikian halnya dengan istilah supersin dan anti silau. Jarang sekali konsumen yang mengerti dengan sebenarnya tentang kedua istilah tersebut. Bahkan praktisi kacamata pun masih banyak juga yang tidak memahaminya.

Seperti yang sudah umum terjadi, suatu produk yang menjadi pionir atau pun yang sangat sukses di pasaran, akan membangkitkan brand image yang tertanam kuat dalam hati masyarakat konsumen. Supersin, sebenarnya adalah merupakan merek dagang (trade merk) milik produsen lensa kacamata Rodenstock. Nama supersin ini diberikan untuk suatu jenis lapisan khusus yang ditambahkan pada beberapa produk lensa mereka agar unjuk kerjanya semakin optimal. Lapisan yang sangat tipis tersebut dimaksudkan untuk mengurangi pantulan cahaya yang ditimbulkan dari “benturan” berkas cahaya yang masuk ke medium lensa. Itulah kenapa lapisan atau coating ini disebut lapisan anti pantul (Anti Reflection), sesuai dengan tujuan pengadaannya.

Peristiwa memantulnya cahaya terjadi apabila berkas-berkas cahaya tersebut mengenai suatu media. Jika media tersebut mampu meneruskan berkas cahaya yang mengenainya, maka benda itu disebut benda tembus cahaya atau transparan/jernih. Semakin tinggi kejernihan suatu media, maka akan semakin besar jumlah berkas cahaya yang mampu diteruskannya. Namun, pada prakteknya akan amat sangat sulit menemukan suatu media yang mampu meneruskan cahaya sebesar 100% dari jumlah cahaya yang menimpanya. Ini karena ada sebagian kecil berkas cahaya yang dipantulkan kembali oleh sebab adanya perbedaan indeks bias antar media. Pada kasus lensa kacamata, perbedaan ada pada indeks bias udara di mana biasanya berkas sinar berasal, dan indeks bias bahan lensa yang bertugas meneruskan cahaya agar sampai ke bolamata. Seberapa banyak berkas cahaya yang dipantulkan kembali oleh lensa kacamata, sangat dipengaruhi oleh indeks bias bahan lensa dan juga sudut arah datang berkas cahaya tersebut terhadap permukaan lensa. Semakin tinggi indeks bias bahan lensa, akan semakin banyak jumlah berkas cahaya yang dipantulkannya. Pada lensa dengan indeks bias 1,5, akan dapat terjadi kerugian penerusan cahaya kira-kira sebesar 7,7% akibat fenomena pemantulan tersebut.

Berkurangnya jumlah cahaya (akibat ada yang dipantulkan kembali) yang diteruskan oleh lensa, tentu merupakan hal yang tidak diinginkan karena dapat mengurangi ketajaman penglihatan dan kekontrasan. Di samping itu, bayangan pantulan yang terbentuk pada permukaan lensa dapat menimbulkan bayangan pantulan baru pada sisi lensa yang lain (ingat, lensa mempunyai dua sisi permukaan). Fenomena banyak pantulan inilah yang menimbulkan efek silau pada pemakai lensa, terutama oleh lampu-lampu pada waktu malam hari.

Untuk meminimalisir jumlah cahaya yang terpantulkan kembali dari permukaan lensa, maka ditambahkan suatu lapisan transparan yang nilai indeks biasnya berada di antara indeks bias udara dengan indeks bias bahan lensa. Jadi lebih rendah dari pada indeks bias lensa, tapi lebih tinggi dari pada indeks bias udara. Penambahan lapisan ini pada permukaan lensa akan mengurangi jumlah cahaya yang terpantul sehingga mempertinggi jumlah cahaya yang diteruskan ke bola mata. Lapisan dengan teknologi terkini mampu memperbaiki tansmisi cahaya pada lensa hingga lebih dari 99%. Hal ini akan mempertinggi ketajaman penglihatan dan kekontrasan. Selain itu, pengurangan jumlah cahaya yang terpantul juga tentunya mengurangi intensitas pantulan bayangan yang terjadi di internal bahan lensa sehingga efek silau sebagaimana yang telah diuraikan di atas akan berkurang secara signifikan. Unjuk kerja yang inilah yang sering didengung-dengungkan dengan sebutan anti silau (terutama oleh para penjualnya) untuk menarik minat calon konsumen, karena sebutan anti silau terdengar lebih mudah dipahami (dan lebih dramatis tentunya) dari pada sebutan anti pantul. Sayangnya, banyak yang mengira kalau anti silau yang dimaksud adalah silau yang disebabkan oleh jumlah cahaya yang berlebihan dari sumber cahaya yang terlalu kuat (misalnya sorot lampu yang terlalu terang, pantulan sinar matahari yang terlalu kuat, dan lain-lain). Dan kesalahpahaman ini jarang sekali mendapat klarifikasi dari praktisi optik/kacamata. Yang demikian ini tentu saja bisa merugikan pihak konsumen yang tidak tahu, tapi bisa menguntungkan di pihak penjual/produsen. Atau malah bisa saja sang praktisi sendiri juga belum paham dengan yang sebenarnya.

Selain Rodenstock dengan Supersin-nya, sebenarnya banyak juga produsen lensa kacamata yang telah melengkapi lensa-lensa yang diproduksinya dengan lapisan anti pantul yang mirip dengan supersin. Namun mungkin karena gaung nama Supersin begitu kuat bergema di hati masyarakat konsumen, maka setiap lensa yang dilengkapi lapisan anti pantul pun akhirnya mereka sebut dengan lensa supersin, tidak peduli itu buatan Rodenstock atau bukan. Lagi-lagi ini juga jarang diklarifikasi oleh praktisi optik/kacamata. Bisa jadi karena kerancuan itu juga dapat memberi efek positif terhadap kepentingan mereka. Atau, jangan-jangan mereka sendiri juga korban kerancuan.. Kalau benar begitu, ya.. memalukan..
Referensi: en.wikipedia.org/wiki/anti-reflective_coating.

http://www.optiknisna.info/tentang-supersin-yang-betul-anti-silau-atau-anti-pantul.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar untuk kemajuan blog ini seterusnya.