Minggu, 21 April 2013

Dioptri Lensa Kontak Tidak Selalu Lebih Kecil Dari Kacamata

Dioptri Lensa Kontak Tidak Selalu Lebih Kecil Dari Kacamata

“Mas, ada lensa kontak yang ukuran plus nggak?” suara merdu seorang wanita langsung menyusul bunyi “ting.. tong” dari bel yang bersuara setiap kali pintu optik saya terbuka atau tertutup. Sebenarnya saya tidak punya persediaan softlens berukuran plus, tapi penampilan wanita yang masih terlalu muda untuk mengalami presbyopia itu membuat mata dan hati saya (semoga istri saya tidak membaca artikel ini :-) ) memprovokasi pemikiran sehingga tersusunlah jawaban yang terkombinasi dengan pertanyaan: “Jarang sekali yang punya stok softlens berukuran plus, Mbak. Memangnya kacamata njenengan (anda) berukuran plus ya? Butuh softlens yang plus berapa?” Ia juga ikut-ikutan menjawab sekaligus bertanya: “Iya, kacamata saya ukuran +2,50 yang kanan, kirinya +3,00. Jadi saya butuh lensa kontak +2,25 dan +2,75. Dari ukuran kacamata harus dikurangi 0,25 kan?” Saya tersenyum (dimanis-manisin). Ihuiiyyy.. dia sendiri yang membuka peluang perpanjangan waktu.
Hmm.. ternyata ia mencari lensa kontak untuk mengatasi hipermetropia yang dialaminya. Bukan soal itu yang mau saya jadikan topik untuk berlama-lama dengannya, tapi soal ukuran lensa kontak yang katanya harus dikurangi 0,25 itu. Saya pun menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan juga: “Lha, kata siapa ukuran lensa kontak harus kurang 0,25 dari kacamata?” “Ya kata orang-orang di optik yang tadi saya datangi itu,” kepalanya sambil sedikit menoleh mengekspresikan arah di mana optik yang barusan didatanginya. Vwheee… lagi-lagi saya menemui salah kaprah yang terjadi di kalangan praktisi optikal amatir. Keinginan saya untuk berpanjang-panjang waktu dengannya pun kesampaian, sampai kecapaian malah (ih, jangan mikir yang enggak2 ya).
“Mbak, perubahan ukuran dioptri lensa kacamata untuk diaplikasikan ke lensa kontak itu dilakukan berdasarkan perhitungan tertentu untuk mengkompensasi jarak lensa ke kornea yang menjadi 0. Lensa yang ada pada kacamata (juga trial frame yang dipakai untuk pemeriksaan refraksi mata) kan terpasang pada jarak tertentu terhadap kornea mata, sementara lensa kontak terpasang menempel pada kornea mata. Perubahan jarak itu harus dikompensasi dengan cara merubah ukuran dioptri. Mengapa harus begitu? Karena jika letak lensa digeser mendekat atau menjauh terhadap kornea, letak fokus yang dihasilkan dari pembiasan dalam bolamata juga akan mendekat atau menjauh terhadap retina.” Wanita itu manggut-manggut (mengangguk-angguk). Pesonanya membuat saya mencari alasan untuk lebih mendekat: “Coba Mbak perhatikan ilustrasi ini.” Saya pun corat-coret pada sehelai kertas. Versi layak tayangnya seperti ini:
efek perubahan jarak lensa ke kornea

“Perubahan letak titik fokus di retina yang disebabkan oleh perubahan letak lensa bisa diatasi dengan merubah ukuran dioptri lensa”. “Mmm.. berarti dengan cara mengurangi itu ya?” ia menyela. Saya tersenyum lagi, kali ini tidak dimanis-manisin. “Merubah itu bisa dengan mengurangi atau menambah Mbak, untuk lensa berdioptri minus memang dengan cara mengurangi tapi untuk yang berdioptri plus justru dengan cara menambah.” Roman mukanya berubah sedikit serius: “Lho, kok bisa gitu?” Kepenasarannya menyemangati saya. Setelah meneguk air putih (tentu permisi dulu lah, biar sopan) untuk melemaskan tenggorokan yang mulai mengering, saya pun melanjutkan:
“Untuk diketahui, mengurangi ukuran dioptri lensa minus akan memperpendek jarak fokusnya, tapi mengurangi ukuran dioptri lensa plus justru akan memperpanjang jarak fokusnya.” Keseriusan di wajahnya belum mengendor, pertanda kepenasaran masih merundungnya. “Terus..terus..,” ia tak tahan juga.
Kembali saya sodorkan corat-coret ilustrasi yang sebelumnya sudah saya perlihatkan. “Begini, pada saat lensa didekatkan sampai jarak 0 terhadap kornea, titik fokus pembiasan dalam bolamata kan jadi mundur ke belakang retina. Cara untuk membuatnya maju dan kembali tepat pada retina adalah dengan mengurangi panjang fokusnya. Jika lensa yang didekatkan ke kornea adalah lensa minus, berarti harus dilakukan dengan mengurangi ukuran dioptri minusnya. Tapi, jika lensa yang didekatkan ke kornea adalah lensa plus, mengurangi ukuran dioptri plusnya justru akan memperpanjang jarak fokus sehingga titik fokus pembiasan dalam bolamata menjadi lebih jauh lagi di belakang retina. Jadi, untuk kasus lensa plus ini justru dilakukan dengan menambah ukuran dioptri plusnya agar jarak fokus semakin pendek/maju dan kembali tepat pada retina.”
“Mm.. ya..ya..ya..,” kembali ia mengangguk-anggukan kepalanya. Duuhh..
“Berarti saya harus cari yang ukuran +2,75 dan +3,25 ya? Kan harus ditambah 0,25?” lanjutnya.
“Sebenarnya, nilai perubahan ukuran itu ditentukan dengan perhitungan khusus Mbak. Kita harus menentukan efektif power lensa yang variabelnya lebih sering dipengaruhi oleh ukuran dioptri lensa kacamata (atau hasil pemeriksaan refraksi subyektif) dan jarak lensa kacamata terhadap kornea. Jadi, perubahannya tidak selalu 0,25. Semakin tinggi ukuran dioptri lensa, nilai perubahannya juga akan semakin tinggi.” Saya berhenti sejenak. Wanita itu masih tetap diam memperhatikan, tapi wajahnya sudah tidak begitu dironai keseriusan. Sepertinya gantian wajah saya yang mulai dironai kelelahan. Tapi saya tetap melanjutkan. “Biasanya, optikal yang baik akan memiliki semacam tabel konversi yang bisa digunakan untuk menentukan ukuran dioptri lensa kontak untuk pasiennya. Jika tidak, praktisi optikal yang bersertifikat dan memiliki ijasah D3 Refraksi Optisi juga telah memiliki bekal yang cukup untuk menghitung ukuran lensa kontak tersebut.”
“Lalu, berapa ukuran lensa kontak yang harus saya pakai?” Pertanyaan wanita itu membuat saya merasa bahwa ini sudah hampir berakhir.
“Berdasarkan perhitungan saya, untuk yang kanan nilainya sedikit di atas +2,50 tapi jauh kurang dari +2,75, yang kiri sedikit di atas +3,00 tapi juga masih jauh kurang dari +3,25. Ukuran lensa kontak yang umum beredar di pasaran memiliki step ukuran 0,25 dan 0,50. Jadi kalu Mbak menginginkan yang itu, ambil softlens yang +2,50 dan +3,00. Tapi kalau menginginkan ukuran yang eksak sesuai tabel atau perhitungan, njenengan harus memesannya secara khusus yang mana memerlukan waktu dan biaya yang jauh lebih besar.”
“Oke,” ia mengambil keputusan. “Saya ambil yang +2,50 dan +3,00 saja. Ada?” Tueenggg!!
“Aduh.. maaf Mbak. Kan di awal sudah saya sampaikan kalau softlens yang berukuran plus itu jarang yang menyediakan. Kebetulan saya juga termasuk di dalamnya.”
“Waahh.. saya kira punya. Tapi memang agak susah ya nyari softlens berukuran plus. Baiklah, sepertinya saya teruskan pakai kacamata saja dahulu. Tapi tolong pilihkan lensa yang tidak terlalu menggelembung seperti ini ya?”
Yihuuu… hati saya bersorak. Sepertinya saya tidak capai sia-sia. Perpanjangan waktunya jadi bertambah sedikit lagi. Tak apa lah. Eh, tapi kalau ada yang kenal istri saya, tolong jangan bilang-bilang tentang cerita di artikel ini ya. Pliiisss..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar untuk kemajuan blog ini seterusnya.