Minggu, 21 April 2013

Efek Prismatik Pada Kacamata

Efek Prismatik Pada Kacamata

Kita ingat - ingat dulu pelajaran fisika semasa SLTA tentang prisma ya.. dikiiittt aja. Nha.. ingat kan kalau bentuk dasar lensa prisma adalah seperti ini :
bentuk dasar lensa prisma

Setiap berkas cahaya yang melewati kedua bidang permukaan lensa prisma, akan dibiaskan mendekat ke arah base-nya. Ini akan membuat benda yang terlihat melalui lensa prisma seolah olah bergeser ke arah apex / puncak lensa prisma, seperti ini :
sinar pada lensa prisma

Pada hakekatnya, lensa concave (-) dan convex (+) akan berlaku juga sebagai lensa prisma dengan apex berada di titik pusat optik lensa (pada lensa concave) atau pada tepi lensa (pada lensa convex). Karena permukaan lensa concave dan convex berbentuk lengkung spheris (lengkung beraturan seperti permukaan bola), maka kekuatan dioptri prismanya akan bervariasi dari yang terendah di bagian apex hingga yang tertinggi di bagian base. Ini berbeda dengan lensa prisma umum yang kedua permukaannya rata sehingga kekuatan prismanya juga tetap/tidak bervariasi dari bagian apex hingga ke bagian basenya.
prisma concaveprisma convex

Gambar di atas adalah ilustrasi lensa concave dan lensa convex yang dibelah tepat melintasi pusat optik lensa, untuk menggambarkan bahwa lensa concave bersifat seperti 2 lensa prisma yang beradu apex, sedangkan lensa convex seperti 2 lensa prisma yang beradu base. Padahal, titik - titik tempat beradunya apex dan base tersebut sebenarnya merupakan pusat optik lensa. Karena itu, jika penempatan pusat optik lensa kacamata tidak tepat pada garis pandang mata pemakainya, maka kacamata tersebut akan menimbulkan suatu efek yang dinamakan efek prismatik, di mana mata akan mengalami pergeseran orientasi atas letak suatu benda yang dilihatnya.
Sebenarnya, mata manusia mampu beradaptasi dengan keadaan tersebut, yaitu dengan adanya perintah dari otak untuk merotasi kedudukan bola mata dengan cara mengkontraksikan otot - otot yang memegang bolamata. Jadi, mata akan dibuat seolah olah menderita juling / strabismus. Namun, kemampuan tersebut tentu ada batasnya, dan berbeda pada tiap - tiap orang. Padahal, semakin besar penyimpangan letak pusat optik lensanya akan membuat efek primatiknya semakin besar. Ini karena ke dua permukaan lensa merupakan permukaan lengkung spheris yang dapat menimbulkan kekuatan prisma yang bervariasi. Karena itu, ANSI (The American National Standard Institute) memberi batasan bahwa efek prismatik pada meredian horisontal yang masih diijinkan adalah maksimum sebesar 0,75 dioptri prisma untuk kedua mata (jadi tiap mata dapat jatah 0,375). Ketentuan ini menyiratkan bahwa ukuran dioptri lensa kacamata juga akan berpengaruh terhadap besar penyimpangan letak pusat optik lensa yang bisa ditolerir. Jadi, semakin tinggi ukuran kekuatan dioptri lensa kacamata, toleransi penyimpangan letak pusat optik lensanya akan semakin sempit/kecil.
Agar suatu kacamata (berukuran) tidak menimbulkan efek prismatik horisontal terhadap pemakainya, maka pusat optik tiap - tiap lensanya harus ditempatkan tepat di depan pupil mata (tidak bergeser ke arah temporal/luar/pelipis maupun ke arah nasal/dalam/hidung) sehingga garis pandang mata akan tepat melalui pusat optik lensa tersebut. Karena itu, pengukuran jarak pupil (PD, Pupil Distance) merupakan hal yang sangat penting agar penempatan pusat optik lensa kacamata dapat berada tepat di depan pupil pasien.

http://www.optiknisna.info/efek-prismatik-pada-kacamata.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar untuk kemajuan blog ini seterusnya.