Minggu, 21 April 2013

Penyebab Mata Butuh Kacamata (3)

Penyebab Mata Butuh Kacamata (3)

Astigmatism.
Adalah kondisi di mana sinar - sinar sejajar yang masuk ke bolamata, oleh media refrakta dibiaskan tidak sama pada setiap meredian, sehingga terjadi lebih dari satu titik fokus. Sebagaimana diketahui, pada mata emmetropia, myopia, dan hypermetropia, sinar² sejajar yang masuk ke bola mata, sama - sama dibiaskan menjadi satu titik fokus, hanya letaknya terhadap retina yang berbeda – beda. Mengapa hanya dibiaskan pada satu titik? Karena seluruh bidang meredian dari sistem optis bolamata berkekuatan (berdaya bias) sama. Perhatikan ilustrasi di bawah ini yang menggambarkan bidang media refrakta yang dibagi menjadi 4 meredian (meskipun sebenarnya bisa jauh lebih banyak dari itu, dari 0° -360°) yaitu meredian 0 atau 180°, 45°, 90°, dan 135°.
tidak astigmat
Terlihat bahwa pada keempat bidang meredian sistem optis bola mata tersebut memiliki kekuatan bias yang sama, yaitu 80 Dioptri, terlepas bahwa itu akan menghasilkan kondisi emmetropia (normal), miopia, atau hipermetropia. Pola kekuatan bias seperti itu akan menghasilkan satu titik fokus. Sekarang coba perhatikan ilustrasi yang ini:
astigmat with the rule
Dan yang ini:
astigmat against the rule
Pada kedua gambar di atas nampak terdapat pola kekuatan bias yang tidak seragam di semua bidang meredian. Pola kekuatan bias seperti itu akan menghasilkan lebih dari 1 titik fokus, karena setiap kekuatan bias yang ada akan memiliki panjang fokusnya sendiri, sehingga jika (misalnya) terdapat 10 perbedaan kekuatan bias, maka juga akan terdapat 10 perbedaan panjang fokus. Otomatis ini akan menghasilkan 10 titik fokus yang letaknya akan membentuk garis searah dengan sumbu aksial bola mata. Ilustrasi berikut ini akan menunjukkan pola fokus tersebut, dengan mengambil kekuatan bias yang terbesar dan terkecil dari 2 ilustrasi (gambar B dan C) di atas.
pola fokus astigmat
Pada ilustrasi di atas, meredian yang berkekuatan bias +80 D mempunyai fokus di titik A, sedangkan meredian yang berkekuatan bias +78 D mempunyai fokus di titik B. Antara titik B dan A adalah merupakan titik - titik fokus dari bidang meredian yang berkekuatan bias antara +78D s/d +80D dan membentuk suatu garis fokus. Itulah sebabnya astigmatism juga dinamakan pembiasan tanpa titik fokus, karena fokus yang terbentuk adalah berupa garis. Derajat astigmatism diukur berdasarkan perbedaan antara kekuatan bias yang terbesar dengan kekuatan bias yang terkecil pada meredian - meredian utamanya. Kalau anda sempat iseng - iseng, coba hitung berapa derajat astigmatism yang ditunjukkan di beberapa ilustrasi di atas.
Secara garis besar, bentuk astigmatism dibedakan menjadi 2, yaitu astigmatism regular dan astigmatism irregular. Astigmatism regular, adalah bentuk astigmatism yang meredian - meredian utamanya (meredian yang berkekuatan bias terbesar dan meredian yang berkekuatan bias terkecil) saling tegak lurus. Astigmatism irregular, adalah astigmatism yang meredian - meredian utamanya tidak saling tegak lurus. Pembahasan secara lebih lengkap mengenai bentuk dan jenis - jenis astigmatism, ada di artikel yang ini.
Penyebab Astigmatism.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan kekuatan bias seperti yang telah diuraikan diatas adalah :
  1. Kelengkungan kornea yang tidak spherical (kelengkungan yang beraturan dan sama di semua bidang meredian). Astigmatism yang ditimbulkannya dinamakan astigmatism kornea. Astigmatism ini, jika tidak terlalu besar dapat terkoreksi dengan pemakaian lensa kontak keras/kaku (hard contact lens).
  2. Kelengkungan lensa kristalin yang tidak spherical. Astigmatism yang ditimbulkannya dinamakan astigmatism internal.
  3. Terjadi kekeruhan yang tidak merata di media refrakta (kornea, humor aqueos, lensa kristalin, atau vitreuos humor). Pada beberapa penderita katarak stadium awal (immatura) dapat mengalami astigmat seperti ini.
  4. Kombinasi antara beberapa faktor di atas.
Kondisi astigmatism juga sekaligus dapat dialami oleh penderita miopia ataupun hipermetropia.
Gejala – gejala Astigmatism.
Pada astigmatism rendah :
  1. Mata cepat terasa lelah, terutama pada saat melakukan pekerjaan yang teliti pada jarak fiksasi.
  2. Terasa kabur sementara pada saat melihat dekat. Biasanya dikurangi dengan menutup mata atau mengucek – ucek mata seperti pada hypermetropia. Gejala seperti ini mungkin juga terjadi pada hypermetropia tingkat rendah. Penderita astigmatism rendah biasanya tidak menunjukkan keluhan/gejala jika mereka tidak bekerja dengan keletihan yang tinggi.
  3. Sakit kepala bagian frontal.
Pada astigmatism tinggi :
  1. Penglihatan kabur, sedikit atau jarang ada keluhan sakit kepala maupun asthenopia, tapi dapat terjadi setelah memakai lensa yang kurang lebih/mendekati koreksi astigmatsm tingginya. Keluhan ini mungkin ditimbulkan oleh akomodasi, karena akomodasi tidak dapat memberi power cylinder sehingga tidak dapat membantu astigmatism tinggi dalam mengkoreksi kekaburan penglihatannya. Adalah tidak selalu mungkin untuk menetralisir astigmatism sepenuhnya, sehingga astigmatism yang tersisa dapat menimbulkan ketidaknyamanan, paling tidak di tahap awal pemakaian lensa koreksi.
  2. Memiringkan kepala adalah keluhan kedua yang paling sering pada astigmatism oblik yang tinggi.
  3. Memutar – mutar kepala agar melihat lebih jelas, kadang juga pertanda akan adanya astigmatism tinggi.
  4. Menyipitkan mata seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan efek pinhole atau stenopaic. Namun, penderita astigmatism juga menyipitkan mata pada saat melihat dekat, tidak hanya pada waktu melihat jauh.
  5. Memegang bacaan lebih mendekati mata, seperti pada myopia.
Mengatasi Kondisi Astigmatism.
Sebagaimana miopia dan hipermetropia, astigmatisme pada umumnya diatasi dengan pemberian lensa koreksi maupun tindakan operatif (PRK atau LASIK). Lensa koreksi untuk astigmatism ini (disebut lensa berukuran cylindris) secara umum bentuknya hampir sama dengan lensa untuk koreksi miopia maupun hipermetropia. Hanya saja, bila dicermati lensa yang mempunyai ukuran cylindris akan mempunyai kelengkungan yang berbeda di 2 meredian yang saling tegak lurus. Otomatis kekuatan daya bias di kedua meredian tersebut juga berbeda. Nah, perbedaan antara kedua kekuatan daya bias itulah ukuran dioptri cylindrisnya. Pemasangan lensa yang mempunyai ukuran cylindris harus memperhatikan axis cylindrisnya. Jika pemasangannya tidak benar, lensa koreksi tersebut akan menimbulkan ketidaknyamanan yang kadang - kadang oleh pemakainya direspon dengan keluhan pusing.
Eh, iya.. jawaban untuk pertanyaan iseng di atas adalah : 80 D - 78 D= 2 D (Dioptri).

http://www.optiknisna.info/astigmatisme.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar untuk kemajuan blog ini seterusnya.