Rabu, 06 Maret 2013

MITOS DAN FAKTA

SEPUTAR KESEHATAN ANAK

INFORMASI TENTANG MATA YANG BEREDAR DI TENGAH MASYARAKAT KITA BANYAK DITURUNKAN DARI GENERASI KE GENERASI. SUDAH SAATNYA MEMILAH MANA YANG FAKTA DAN MANA YANG SEKEDAR MITOS.
mata anak MITOS DAN FAKTA“Makan banyak wortel mencegah mata minus”
Wortel terkenal tinggi vitamin A dan karoten yang memang penting untuk mata.Tetapi ingat, terlalu banyak asupan vitamin A malah bisa membebani kerja hati, yang juga memproduksi vitamin A.  Sayuran lain juga mengandung manfaat untuk mata. Jenis yang berdaun semisal bayam sangat kaya akan lutein, yaitu pigmen yang mampu menyerap sinar biru UV, bagian dari gelombang cahaya matahari yang paling merusak retina. Beberapa riset menunjukkan, asupan lutein yang cukup setiap hari terbukti semakin memperkecil risiko retina mengalami degenerasi makula dan hilangnya penglihatan di hari tua.Biasakan mengonsumsi berwarna-warni buah dan sayuran yang disediakan oleh alam untuk memperoleh berbagai manfaat kandungan esensial.
Lalu apakah vitamin beserta “kawan-kawannya” itu benar-benar mencegah minus? Tidak. Semua zat penting itu bekerja pada saraf-saraf retina, bukan pada bagian sistem optik.Mata menjadi minus atau plus tergantung pada kelenturan lensa ketika berakomodasi, bukan karena kekurangan asupan vitamin tertentu.
“Sering mengucek mata menyebabkan kebutaan”
Tidak, namun perlu diwaspadai sebagai pertanda adanya alergi atau kelainan retina sejak lahir pada anak.Anak-anak yang mempunyai kecenderungan alergi pada mata biasanya sering merasa gatal dan refleks mengucek matanya sehingga dapat mempenga-ruhi perkembangan bentuk kornea.Kemudian soal kebersihan. Mengucek mata dengan tangan yang kotor dapat menyebabkan iritasi mata (konjungtivitis) dan bintitan (hordeolum).Sebaiknya ajarkan kepada si kecil untuk membasuh atau menyeka mata dengan air bersih matang apabila matanya terasa gatal.
“Membaca sambil tiduran berbahaya”
Yang pasti, gaya membaca seperti ini membuat mata cepat lelah. Paling ideal bahan bacaan diposisikan pada sudut 60 derajat ke arah bawah dan berjarak sekitar 30 cm dari wajah. Jika ingin membaca sambil tiduran, pilih posisi rebah, usahakan tubuh setengah duduk (bersandar pada bantal) dan kepala tegak.
“Jangan nonton televisi dekat-dekat! Nanti matanya rusak!”
Belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa kebiasaan demikian akan merusak mata. Tetapi Anda perlu waspada jika anak terlalu sering melihat atau menonton terlalu dekat obyek, bisa jadi pertanda penglihatannya memang terganggu. Ia kesulitan melihat sehingga mendekatkan diri kepada obyek, sedekat yang ia perlukan. Idealnya, jarak menonton TV adalah 4 x diagonal layar TV. Jadi jika diagonal layar TV 50 cm, maka jarak terbaik untuk menonton adalah 2 meter. Kadang anak mendekat dengan televisi karena ingin menyentuh tokoh-tokoh cerita, atau merasa dirinya bagian dari cerita dalam TV. Kebiasaan ini akan hilang sejalan pertambahan usianya. Anak-anak bisa fokus dekat tanpa kelelahan mata, jauh lebih baik daripada orang dewasa. Ketika si kecil menonton TV, mintalah agar ia sesekali melihat jauh, yaitu melepaskan pandangan ke obyek penglihatan yang jauh agar otot mata rileks, misalnya pemandangan luar jendela, kebun, atau ruangan lain yang terlihat dari tempat anak duduk. Ingatkan juga untuk melihat jauh setiap anak melakukan near-work activity, misalnya membaca.
”Juling pada bayi nantinya normal sendiri”
Salah! Anak-anak tidak tumbuh juling alias strabismus.
Bayi-bayi usia 0-4 bulan memang biasa terlihat juling ketika mereka berusaha berfiksasi, namun keadaan itu akan berhenti sendiri sejalan dengan kemampuan fiksasi yang membaik. Tetapi jika setelah usia 4 bulan mata tetap juling meskipun tidak sedang berfiksasi pada obyek yang dekat mata, segeralah periksakan anak ke dokter mata untuk memastikan juling atau tidak. Strabismus yang timbul sejak lahir umumnya ditangani dengan prosedur bedah. Menurut ahli strabismus Dr. Gusti G. Suardana, SpM, “Target bedah strabismus secara umum terbagi dua, yaitu binocular vision dan kosmetik. Target tertama lebih bisa dicapai jika tindakan bedah dilakukan saat usia pasien masih kecil.” Jika dibiarkan saja, peluang untuk mendapat binocular vision hilang, dan dapat berkembang menjadi amblyopia atau mata malas. Ingat, otak cenderung mensupresi bagian tubuh yang jarang dipakai.Pada penderita amblyopia, otak mensupresi mata yang jarang dipakai.Karena itu, mata harus terus dipaksa bekerja, kecuali kita mau otak menganggap mata itu tidak diperlukan lagi.
KAPAN PERLU SEGERA KE DOKTER MATA?
Menurut Dr. Florence Meilani Manurung, SpM, setiap orang tua perlu mengetahui kesehatan matanya lebih dulu. Jika orang tua memiliki riwayat kelainan mata, misalnya mata minus, plus, silinder, tumor mata, glaukoma, pertumbuhan iris tidak sempurna, dan lainnya, ada kemungkinan diturunkan secara genetis. Anak-anak jarang mengeluhkan kondisi penglihatannya.Karena itu, orang tua harus mewaspadai beberapa hal yang biasanya mengarah kepada masalah mata pada anak. Di antaranya sebagai berikut:
  1. Bayi terlahir prematur atau berat badan lahir rendah. Bayi-bayi ini biasanya terpapar oksigen tinggi sehingga mengalami problem retina. Mintalah dokter mata untuk melakukan pemeriksaan dengan RetCam.
  2. Terlihat seperti mata kucing, terutama ketika kena cahaya terang atau saat difoto. Ini salah satu gejala tumor, jangan tunda ke dokter mata karena menyangkut kesela-matan anak.
  3. Bola mata tidak normal sejak lahir (dari segi bentuk, ukuran dan gangguan gerakan).
  4. Setelah usia 4 bulan bayi masih juling atau tidak ada kontak mata saat bertatapan meskipun pada jarak dekat.
  5. Mata sering merah, berair, mengeluarkan kotoran (belekan).
  6. Ada kelainan di sekitar kelopak mata, misalnya bulu mata mengarah ke dalam (epiblefaron), kelopak mata tidak terbentuk (koloboma), kelopak turun (ptosis).
  7. Memiringkan kepala, memicingkan mata, mendekati obyek bila melihat sesuatu.
  8. Tidak merespon ketika dipanggil, sering tersandung, atau jika sudah sekolah nilai-nilai pelajarannya menurun
  9.  
  10.  http://jec-online.com/services/children-eye-care-service/mitos-fakta/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar untuk kemajuan blog ini seterusnya.